Komitmen SGU Terhadap Keamanan Siber di Tengah Kekhawatiran Serangan Siber Nasional

Komitmen SGU Terhadap Keamanan Siber di Tengah Kekhawatiran Serangan Siber Nasional

Tangerang, 4 Juli 2024 – Pemberitaan mengenai serangan siber terhadap Pusat Data Nasional Sementara Indonesia (PDNS) kini tengah menjadi pembicaraan hangat. Berdasarkan laporan www.tempo.co (28 Juni 2024), sejak 20 Juni 2024, pusat data tersebut masih berjuang dengan dampak serangan ransomware bernama Brain Chiper Ransomware. Malware berbahaya ini mengenkripsi data korban dan menuntut tebusan untuk kunci deskripsinya, sehingga data penting di berbagai lembaga publik tidak dapat diakses.

“Kami sangat prihatin atas dampak insiden ini terhadap masyarakat dan pihak terkait. Sebagai lembaga pendidikan yang berkomitmen pada teknologi dan inovasi, SGU menempatkan keamanan siber sebagai prioritas utama. Kami memahami pentingnya keamanan informasi dalam mendukung stabilitas dan perkembangan ekonomi dan sosial negara. Komitmen kami tercermin dalam langkah-langkah konkret, termasuk penerapan sistem keamanan canggih dan peningkatan terus-menerus keahlian tenaga kerja di bidang keamanan siber untuk melindungi data dan informasi penting dari ancaman yang semakin kompleks.” ujar Dr. Dipl. -Ing. Samuel P. Kusumocahyo, Rektor Swiss German University (SGU).

Bentuk nyata komitmen SGU terhadap keamanan siber tersebut antara lain dengan menyelenggarakan program Magister Keamanan Siber pada tahun 2007 dan diikuti dengan program Sarjana Keamanan Siber pada tahun 2024, keduanya berada di bawah Fakultas Engineering & Information Technology. Program-program ini merupakan bentuk dedikasi SGU terhadap keamanan siber nasional, dengan tujuan menghasilkan tenaga kerja yang kompeten di bidang ini.

Sejak tahun 2018, SGU telah bekerjasama dengan Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) dan Indonesia Honeynet Project (IHP) untuk mengembangkan platform yang lebih tangguh dan informatif. Platform ini dirancang untuk memproses dan menyimpan informasi ancaman berbasis honeynet secara lebih komprehensif dan menjaga pusat informasi dengan ketersediaan tinggi. Hal ini memungkinkan analis keamanan untuk melakukan korelasi antara informasi ancaman honeynet dengan intelijen sumber terbuka (OSINT) yang ada.

SGU juga menjadi pusat koordinasi nasional ACAD CSIRT (Academy Computer Security Incident Response Team), sebuah CSIRT nirlaba dan non-pemerintah nasional yang berkomitmen untuk mendorong inisiatif pelatihan dan penelitian keamanan serta mempertemukan tim respons insiden dan keamanan di institusi pendidikan tinggi di seluruh Indonesia untuk meningkatkan posisi keamanan negara. ACAD CSIRT juga mengakui pentingnya kemitraan publik-swasta dan bekerja sama erat dengan institusi akademik, pemerintah, komunitas swasta, dan keamanan siber. ACAD CSIRT pun berkolaborasi dengan CSIRT dan organisasi keamanan siber lainnya di seluruh dunia untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman, serta berkontribusi pada upaya regional dan/atau global untuk meningkatkan keamanan siber.

Terkait serangan siber baru-baru ini terhadap PDNS, Dr. Ir. Charles Lim, Bsc., M.Sc., Wakil Kepala Program Magister Keamanan Siber SGU, menekankan pentingnya fokus pemerintah pada pembuatan regulasi yang melibatkan instansi terkait seperti BSSN. Ia menegaskan perlunya pusat pemulihan bencana yang optimal, langkah-langkah keamanan data yang konsisten, termasuk jaringan internal, cloud, aplikasi mobile, infrastruktur, dan kebijakan. Ia juga menganjurkan adanya regulasi yang mengatur tata kelola data oleh BUMN, dengan PDN dan pusat pemulihan bencana memerlukan sertifikasi dan audit rutin. Langkah-langkah ini harus diiringi dengan peningkatan literasi digital melalui edukasi kepada masyarakat.

“Untuk menangani dampak serangan siber, pemerintah perlu membentuk tim investigasi dari lembaga terkait, mengungkapkan dampak kebocoran data secara transparan, memperbaiki proses dan layanan yang berisiko, serta memberikan sanksi kepada instansi yang lalai melindungi data. Masyarakat diharapkan tetap waspada, menggunakan kata sandi yang kuat, mengaktifkan otentikasi dua faktor, memahami kebijakan privasi layanan yang digunakan, dan melaporkan aktivitas mencurigakan terkait data pribadi,” tambah Charles.

Dalam situasi ini, SGU siap memberikan dukungan penuh kepada upaya nasional untuk memperkuat sistem keamanan siber. Melalui inovasi, penelitian, dan kolaborasi yang berkelanjutan, SGU berkomitmen untuk menjadi bagian dari solusi dalam menjaga keamanan informasi di Indonesia. SGU yakin bahwa dengan bersama-sama meningkatkan kesadaran dan keahlian di bidang ini, dapat membangun ekosistem digital yang lebih aman dan tangguh untuk masa depan.

Tentang Swiss German University

Swiss German University (SGU) adalah universitas swasta bertaraf internasional yang berdiri sejak tahun 2000 di Indonesia, menawarkan pendidikan berkualitas tinggi dengan menggabungkan sistem pendidikan Jerman, Swiss, dan Indonesia. Terletak di Alam Sutera, Tangerang, SGU memiliki 3 fakultas dengan 16 program studi Sarjana dan 3 program studi Pascasarjana di bidang Teknik, Teknologi Informasi, Bisnis, dan Ilmu Sosial. SGU berkomitmen menghasilkan lulusan kompeten dan berdaya saing global melalui kurikulum berbasis industri, penelitian inovatif, dan fokus pada kewirausahaan.