Pendidikan Unggul SGU Lahirkan Talenta Digital Indonesia

Pendidikan Unggul SGU Lahirkan Talenta Digital Indonesia

Keberadaan talenta unggul yang sesuai perkembangan zaman dan era digital harus semakin ditingkatkan jumlah dan kualitasnya di Indonesia. Salah satu cara meningkatkan kuantitas dan kualitas talenta digital ini sudah dilakukan oleh Swiss German University (SGU) sejak berdiri sejak 2000 silam.

Universitas swasta yang memiliki koneksi luas dengan berbagai negara ini memiliki berbagai program studi dan kegiatan untuk mengakselerasi peningkatan kualitas SDM Indonesia di era digital. Salah satunya, SGU sudah rutin menggelar program magang industri yang wajib dilakukan mahasiswa sebanyak 2 kali sepanjang menempuh pendidikan S1.

“Program MBKM (milik pemerintah) kan ada program (mahasiswa) harus bebas belajar 3 semester di luar prodinya. Itu sudah kami terapkan yaitu di luar prodi di lingkungan SGU anak-anak bebas memilih elective courses, di mana mereka mengambil mata pelajaran seperti entrepreneurship, ICT, itu terbuka. Kemudian, mahasiswa kami sejak awal kurikulum dirancang sudah ditentukan untuk bisa belajar di luar negeri di partner university di berbagai negara,” kata Rektor SGU Filiana Santoso dalam acara Vocation Nation bertajuk ‘Indonesia Goes Digital’, dikutip Jumat (25/2/2022).

Menurut Filiana, SGU memastikan semua lulusannya tidak ada yang gaptek atau tak paham dunia teknologi sama sekali. Untuk membuat mahasiswanya mengerti dan memahami berbagai hal di dunia digital, SGU menerapkan metode belajar campuran (blended learning) dan mengandalkan tenaga pengajar yang sudah bersertifikasi internasional.

Para pengajar dan mahasiswa diwajibkan memiliki sertifikasi kompetensi sebelum memulai mengajar dan jika hendak lulus dari SGU. Hal ini diwajibkan agar lulusan SGU terjamin memiliki skil dan kompetensi yang sesuai kebutuhan serta perkembangan industri.

Filiana mengatakan selama ini banyak pelaku industri yang mengeluhkan sulitnya mencari lulusan program S1 atau S2 yang kompeten. Hal ini menjadi alasan SGU untuk memastikan bahwa semua peserta didik universitas ini bisa diterima di dunia kerja dalam waktu singkat setelah lulus.

“Karena itu dua kali magang itu wajib bagi semua kalau mau lulus dari SGU, dan mereka magang bukan 3-4 minggu tapi 1 semester, 3 bulan, sehingga mereka masuk dunia kerja. Masa tunggu dari lulusan kami mendapatkan pekerjaan pertama antara 1-3 bulan saja. Bahkan banyak dan jadi hal wajar jika lulusan kami sebelum wisuda sudah mendapatkan kerja,” ujarnya.

Menurut Filiana, untuk meningkatkan kualitas peserta didik, SGU mempekerjakan tenaga pengajar yang terbukti memiliki kompetensi dan sudah berkiprah di dunia industri. Dia berkata, sekitar 90% dosen di SGU merupakan lulusan kampus di luar negeri. Dosen di SGU mayoritas adalah WNI.

Para pengajar ini disebutnya rutin mendapat peningkatan skil dan kapabilitas melalui program FGD dengan pelaku industri. Hal ini dilakukan agar para dosen SGU tidak ketinggalan informasi dan perkembangan kebutuhan dunia usaha dan dunia industri.

“Selain itu kami mengirim dosen melanjutkan kuliahnya ke luar negeri, ada yang ke Jepang, Hawai, Australia, agar mereka melanjutkan Phd agar kita miliki pengajar yang luar biasa skillnya,” ujarnya.

Untuk tahun ini, SGU baru saja membuka jurusan baru yaitu program studi data science, AI, dan IT Technopreneurship. Jurusan terakhir ini diadakan karena SGU melihat ada banyak perusahaan rintisan IT di Indonesia yang kemampuan manajemen bisnisnya kurang.

Selain membuka prodi baru dan jurusan-jurusan yang kerap asing didengar seperti Mekatronika, Pharmaceutical Chemical Engineering, dan Teknik Biomedik, SGU juga memiliki banyak kolaborasi dengan universitas di luar negeri.

Sebagai contoh, universitas ini tergabung dalam konsorsium yang terdiri dari 17 universitas di Jerman. Konsorsium ini memudahkan universitas jika mahasiswanya ingin mengikuti program exchange dan double degree. SGU juga banyak memiliki mitra di Swiss, Amerika Serikat, Hong Kong, Taiwan , dan Jepang.

SGU juga telah bekerjasama dengan perusahaan di bidang keamanan IT untuk memberi beasiswa bagi mahasiswa yang mengambil Master di sektor IT security. “Kita pastikan Indonesia punya tenaga kompeten untuk menjaga IT security di negara kita,” katanya.

Selain itu, Filiana berkata selama ini SGU kerap mengundang banyak praktisi dan tokoh untuk menjadi dosen tamu di sana. Dia berkata, setiap prodi di SGU wajib mengundang dosen tamu minimal 2 kali dalam satu semester.

Sementara itu, Ketua Dewan Pembina SGU Chris Kanter berkata, saat ini terhitung ada lebih dari 3 ribu mahasiswa SGU yang sudah dikirimkan ke luar negeri untuk mengikuti program pertukaran pelajar, double degree atau sekedar magang di perusahaan multinasional di berbagai negara termasuk Eropa.

Chris berkata, apa yang dilakukan SGU sejak berdiri pada 2000 silam senapas dengan program Merdeka Belajar-Kampus Mengajar (MBKM) yang dimiliki pemerintah.

“Kami dari awal melihat yang dicanangkan Menteri Nadiem mengenai Merdeka Belajar itu memang dari awal kami lihat suatu keharusan. Begitu juga kombinasi dari internship dan kuliah mutlak dibutuhkan karena saya kebetulan pengusaha, kami user melihat fresh graduate seringkali missing. Mereka tak punya pengalaman, full belajar, suddenly dia masuk ke korporasi atau tempat dia bekerja,: kata Chris.

Agar ke depannya semakin banyak generasi muda yang memahami dunia digital dan punya kemampuan sesuai kebutuhan industri, maka Chris berharap program MBKM yang dicanangkan pemerintah dilakukan secara kontinu dan konsisten.

Dia berkata, MBKM secara konsep sudah bagus karena dibentuk demi mengantisipasi kebutuhan di masa depan. Hal ini sesuai dengan kurikulum dan visi yang ditetapkan SGU bersama para pengajar dan profesor dari Swis dan Jerman ketika berdiri 22 tahun silam.

“Kami lihatnya (MBKM) seperti mimpi jadi nyata, ini yang harus dilakukan kontinu dan disiplin. Jangan lagi terjadi kalau ganti menteri ganti kebijakan, karena ini kan ada stagesnya apalagi kalau fokus digitalisasi stagesnya harus diikuti betul. Harapan kami ini betul-betul konsisten dilakukan sehingga semua universities melihat ini sebagai kerangka yang harus dijalani. Kami di SGU percaya diri bahwa ini adalah hal bagus dan Indonesia akan mendapat hasil bagus dari hal ini,” ujarnya.