Sentuhan Global Network pada Kampus Merdeka di Era Digitalisasi
Cukup banyak orang yang ingin memperoleh kesempatan kuliah di luar negri karena banyak hal. Ingin tahu kehidupan dan budaya di negara lain, ingin punya teman dari negara lain, mengembangkan wawasan dan lain sebagainya. Di era digitalisasi ini, tak harus pergi ke luar negeri untuk mendapatkan pengalaman tersebut. Menteri pendidikan, Nadiem Makarim, dalam programnya Kampus Merdeka mengharapkan mahasiswa untuk dapat lebih banyak memiliki pengalaman dari luar kampusnya untuk meningkatkan wawasan yang sangat diperlukan dalam dunia kerja 4.0 sekarang ini.
Pada pekan lalu, program studi teknologi pangan SGU dengan Hokkaido University (HU) mengadakan kelas gabungan mata kuliah “Introduction to Food Industry” dan “Global Career Design” secara virtual. Dr. Maria Gunawan, kepala Program Studi Teknologi Pangan Universitas Swiss German (SGU) menyebutkan “Di era kampus merdeka dan digitalisasi pendidikan, kita berharap dapat semakin memanfaatkan global network yang telah lama dimiliki SGU untuk memberikan pengalaman belajar yang tak terlupakan untuk mahasiswa.” Prof. Inoue Shuhei yang merupakan penanggung jawab program internasional mahasiswa HU menyebutkan bahwa pertukaran wawasan dari mahasiswa antar negara merupakan modal yang tak ternilai pada karir mereka ke depannya. Beliau juga menyampaikan rasa terima kasih atas kehangatan dosen dan mahasiswa Indonesia dalam kegiatan ini.
Pada kegiatan ini Dr. Abdullah Muzi Marpaung, memberikan kuliah mengenai perjalanan industri pangan di Indonesia. Dr. Muzi adalah dosen veteran di kampus SGU yang sebelumnya juga merupakan professional di dunia industri dan pengurus pusat Persatuan Ahli dan Teknologi Pangan Indonesia (PATPI). Dalam paparannya beliau menyampaikan bahwa pemahaman karakter dan budaya merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan produk/industri pangan. Diskusi seru terjadi antara mahasiswa SGU dan HU mengenai budaya Jepang dan Indonesia setelah masing-masing perwakilan mahasiswa memperkenalkan kampus dan budayanya masing-masing. Beberapa mahasiswa menyatakan sangat terkesan dengan budaya masing-masing dan berharap dapat saling mengunjungi secara fisik di kemudian hari.
Dr. Maria juga menyampaikan menyebutkan “pengalaman belajar dengan budaya lain membangung karakter manusia menjadi lebih toleran, objective, dan berwawasan global. Karakter yang sangat diperlukan pada dunia kerja abad 21.” Selain secara intensif mengadakan kegiatan internasional secara virtual, Teknologi Pangan SGU juga sangat menekankan pengembangan global network mahasiswa dengan berbagai pilihan international student mobility.
Teknologi Pangan SGU memiliki pilihan program dual degree dengan South Westphalia University atau Albstadt-Sigmaringen University di Jerman, serta memiliki berbagai program non-degree dengan Hokkaido University di Jepang, Woosong University di Korea, dan Mahasarakham University di Thailand. Beberapa mahasiswa Teknologi Pangan SGU juga telah menyelesaikan tugas akhir skripsinya di Jepang dan di Jerman sesuai kerjasama antar institusi ini. Untuk mendukung student international mobility, SGU juga memberikan pelayanan 6 semester kelas Bahasa Inggris dan 4 semester ekskul Bahasa Jerman tanpa tambahan biaya.